MERDEKA Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah-kumamah Sedang meradang
SAJAK Kenapa takkan percaya pada Tuhan? Sama sedihnya dengan sajak Bersama kita ia tak berpegangan Kecuali dalam duka tak mau beranjak Bila kita mati Ia
Menulis puisi membutuhkan keutuhan kerja tubuh, jiwa, hati dan otak. Tapi dia bisa dikerjakan secara bertahap, terutama bagi pemula seperti saya. Saya pernah menulis puisi,
NISAN untuk nenekanda Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridlaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka maha tuan bertakhta. Oktober 1942
SAAT SEBELUM BERANGKAT mengapa kita masih juga bercakap hari hampir gelap menyekap beribu kata diantara karangan bunga di ruang semakin maya, dunia purnama sampai tak
Puisi Tentang Ibu, beberapa puisi berjudul Ibu atau membicarakan Ibu dalam puisinya, dari nama-nama penyair terkemuka Indonesia: Chairil Anwar / D. Zawawi Imron / Joko
DIPONEGORO Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang
KRAWANG-BEKASI Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami
DESEMBER Usai cerita tentang senja Namun senantiasa mengenang Kini awan mulai mendendam Hujan menyerta menderah Berikut sambaran petir yang mencaci Menyapu cahaya jingga yang