Dongeng Seorang Laki-Laki dan Seekor Kucing

Dongeng Seorang Laki-Laki dan Seekor Kucing, Dongeng jenaka yang sebenarnya setingnya jaman modern, sudah ada mobil dan telepon genggam. Dongeng ini saya tulis ulang dengan setting masa yang lebih lama, namun sungguh tidak tahu darimana asal-usul dongeng jenaka ini.

Saya membaca versi yang ditulis dalam setting jaman modern beberapa tahun lalu, lucunya dapat banget. Semoga versi masa sebelum ada handphone ini dapat agak jenaka dan mendapat hikmah yang bisa dipetik bagi kehidupan kita dan anak-anak kita. Kunjungi mipmap.id youtube channel atau mipmp podcast untuk dongeng yang dibacakan.

Dongeng Seorang Laki-Laki dan Seekor Kucing

Di sebuah kota kerajaan di negeri nan jauh di sana, hiduplah seorang laki-laki dengan istri yang baru saja dinikahinya. Sebagai salah satu hadiah pernikahan, sang istri meminta seekor kucing. Walaupun tidak menyukai kucing, namun sebagai suami yang baik ia memenuhi keinginan istri yang sangat dicintainya.

Hari-hari berlalu dengan bahagia sebagai pasangan. Namun laki-laki itu semakin merasa tidak senang karena istrinya sering kali menghabiskan banyak waktu bersama kucingnya. Dia kesal, karena istrinya juga memanggil kucing dengan kata sayang, sama dengan memanggil dirinya sebagai suami.

Akhirnya sang suami memikirkan cara untuk menyingkirkan kucing itu dari kehidupan rumah tangga mereka. Dan pada suatu hari saat istrinya pergi mandi, ia segera menggendong kucing itu dan membuangnya di dekat pasar.

Lelaki itu merasa lega karena telah berhasil menyingkirkan si kucing. Agar tidak mencurigakan, sebagai alasan dia membeli makanan ringan untuk dibawa pulang. Dengan bersiul riang dia memasuki rumahnya. Tapi, betapa terkejutnya ia melihat kucing itu telah meringkuk di dekat kursi di depan perapian.

Keesokan harinya, lagi, laki-laki itu menggendong kucingnya dan membuangnya keluar tembok batas kota. Kini dia yakin, kucing itu tidak akan kembali ke rumahnya.

"Hei kucing, aku tidak suka padamu. Jangan kembali kerumahku. Kamu harus pergi dan carilah rumah lain di sekitar sini sebagai rumahmu. Selamat tinggal!" Kata laki-laki itu dengan nada suara mengejek.

Namun sayang, saat ia kembali ke rumahnya, kucing itu sudah bertengger tenang di dahan pohon jambu di halaman rumahnya.

Sejak hari itu, setiap hari laki-laki itu berusaha untuk menyingkirkan kucing kesayangan istrinya. Dia membuangnya ke seberang sungai, ke kebun tatangga, semakin jauh dan semakin jauh. Dia telah mencoba membuangnya ke mana-mana, tapi kucing itu selalu berhasil pulang.

Dongeng lain: Anak Petani Dan Angsa Bertelur Emas.

Akhirnya pada suatu hari dia berkata pada istrinya. "Sayang, rasanya besok aku ingin pergi berburu. Mungkin untuk beberapa hari, bolehkah aku membawa kucing itu sebagai teman perjalananku?"

"Kau akan mengajaknya berburu? Ohh sayang, dia pasti senang sekali." Kata sang istri sambil mencium kucingnya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali. Laki-laki itu berangkat membawa panah dan tombak. Tak lupa, dia juga membawa kucing itu dalam tas rami yang disadangnya.

Setelah menempuh sehari perjalanan, laki-laki itu telah masuk ke dalam hutan lebat. Namun kelihatannya dia belum yakin itu adalah tempat yang tepat untuk membuang kucing itu. Dia kemudian melanjutkan perjalanan selama dua hari berikutnya, hingga dia tiba di bawah tebing batu yang tinggi.

"Inilah dia, tempat yang paling tepat. Jauh dan ada banyak gua-gua kecil. Aku akan meningglkannya di situ." Gumam laki-laki itu, yang kemudian melangkah menuju salah satu gua dan meletakan kucing itu bersama sebagian perbekalannya.

Laki-laki itu kemudian berjalan tanpa henti menyusuri hutan untuk kembali kerumahnya. Namun setelah tiga hari tiga malam, ia belum juga keluar dari hutan itu. Ia telah kehabisan bekal dan tenaga, hingga dia bertemu dengan beberapa orang prajurit kerajaan.

"Tuan prajurit tolong saya tuan, saya tersesat dan tidak tau jalan pulang." Kata laki-laki itu dengan suara lemah.

"Ya tuan, kami memang datang untuk menolong tuan. Istri tuan melaporkan bahwa telah lima hari tuan belum pulang sejak meninggalkan rumah untuk berburu.  Sementara kucing yang tuan ajak, sudah tiba di rumah."

Laki-laki itu kemudian jatuh pingsan. Para prajurut membawanya keluar hutan dengan tandu.

 

Ilustrasi: Tirtayada KM.