Esai adalah sebuah karangan pendek yang menjadi sarana mengungkapkan sudut pandang atau perspektif dari sang penulis. Artikel cara menulis esai ini, merupakan sudut pandang saya mengenai esai dan bagaimana ia ditulis dan digunakan, mungkin ini juga bisa disebut esai.

Esai memiliki jangkauan yang sangat luas, ditulis untuk banyak tujuan. Bisa jadi sebuah esai ditulis untuk mengkritisi sebuah kebijakan baru, merespon sebuah pertunjukan seni, memperdebatkan suatu isu di masyarakat yang sedang hangat, ataupun topik-topik ringan yang sangat personal.

Penulis Inggris Aldous Huxley mengatakan "the essay is a literary device for saying almost everything about almost anything" – terjemahan bebas: Esai adalah sarana sastra untuk mengungkapkan nyaris segala hal, tentang apapun.  [Sumber]

Kata kunci yang saya temukan, bahwa esai memuat pokok pikiran, argumentasi dan simpulan yang ingin disampaikan penulis berdasarkan sudut pandangnya, untuk meyakinkan pembaca. Marilah saya ajak untuk menelaah pokok-pokok bahasan dalam artikel cara menulis esai ini.

Tentukan Topik Esai

Dalam menulis apapun, topik adalah kata kunci pertama yang harus ditemukan, bahkan saat menulis sms sekalipun. Saran yang bijaksana biasanya mengatakan, tulislah topik yang dekat dengan dirimu, isu yang akrab dan datang dari lingkunganmu. Ini benar sekali, ketika kita sudah paham dengan isu-isu terkait topik yang akan kita bahas, maka semuanya serasa dimudahkan oleh alam raya.

Tapi, sesungguhnya memilih topik inilah yang paling sulit, karena alam raya ini memiliki topik yang berserakan untuk dipilih satu. Parasiswa atau mahasiswa, biasanya sudah mendapat topik sesuai mata pelajaran, sehingga bisa langsung masuk ke tahap berikutnya.

Jika kamu sedang belajar secara mandiri dalam menulis esai, mari saya beri satu tugas. Buatlah esai dengan topik umum; Cerita Dari Desa. Kemudian persempit topik itu ke satu hal yang lebih spesifik; sungai, padi, petani, air, budaya, kerajinan, alam dan sebagainya. Lagi-lagi, mari tarik garis lebih tajam lagi, misalnya; Cerita Petani Kopi di Desa A, Cerita Penyelamatan Mata Air di Desa B, Cerita Tradisi Panen Padi di Desa C, Cerita Perjuangan Pokdarwis di Desa D, dan sebagainya.

Tentukan Tujuan Menulis Esai

Setelah memilih satu topik, tentukan tujuan dari esai yang akan kamu tulis. Apakah kamu ingin membujuk orang agar mengkuti apa yang kamu lakukan, mendukung apa yang sedang terjadi, mengambil inspirasi dari sesuatu atau seseorang, menceritakan tempat, mengungkapkan sebuah gagasan, atau sesuatu yang lain sama sekali sesuai dengan harapan yang ingin kamu capai dengan esai yang ditulis.

Kata kunci yang bisa menjadi sebuah tujuan dalam menulis esai, diantaranya; membandingkan Sesutu yang sejenis namun beda waktu, membenturkan sesuatu yang berlawanan, mendiskusikan sebuah isu, menjelaskan sebuah proses, mengevaluasi sesuatu yang sedang/ sudah berjalan atau mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan dari suatu isu.

Pertanyaan Kunci

Satu lagi yang kamu butuhkan sebelum mulai menulis esai adalah menentukan pertanyaan kunci, yang akan kamu jawab tengan paparan dalam esai tersebut. Keberadaan pertanyaan ini, akan memberikan fokus yang lebih tajam pada tulisan kita. Menurut saya, untuk satu esai cukup satu pertanyaan. Jika punya banyak pertanyaan, buatlah peper seminar atau gunakan untuk proposal skripsi.

Menulis Kerangka Esai

Sebuah kerangka tulisan, apapun itu, pasti adalah awal, tengah dan akhir, tinggal mengetahui apa yang akan kita tulis sebagai awal, apa yang akan kita bahas sebagai bagian tengah agar tulisan kita meyakinkan dan apa yang akan kita sampaikan sebagai simpulan agar pembaca bersedia sepakat dengan apa yang kita ungkapkan.

Ini adalah cara termudah yang saya rasakan, bagi dalam tiga bagian; Awal (pokok pikiran), Tengah (argumentasi), dan Akhir (simpulan). Simaklah struktur di bawah ini, dan cobalah.

Contoh Kerangka

Cara Menulis Esai Versi Saya

Saya akan membahas bagian per bagian sesuai dengan kerangka di atas, dari sebuah esai ringan yang saya tulis berjudul 'Sendiri Membunuh Sepi: Remote mana?' Kalau mau baca silahkan klik saja.

Ide atau topik dari esai ini adalah ‘Budaya Menonton TV’. Dari pengamatan dan pengalaman yang saya rasakan, saya memutuskan untuk melakukan komparasi atau memperbandingkan suasana menonton tv jaman saya kecil, dengan suasana menonton tv saat ini. Pertanyaan yang ingin saya jawab dalam esai ini adalah, apa imbas perkembangan teknologi televisi terhadap budaya menonton?

Paragraf Awal (pokok pikiran)

Dalam esai Sendiri Membunuh Sepi: Remote mana?, saya memulai dengan mengungkapkan suasana, tujuan dan perasaan penonton tv pada jaman dulu.

Dari paragraf pertama:
Semua orang bersuka-cita mendukung pahlawan-pahlawan olah raga yang mengharumkan nama Indonesia. Mengagumi penyanyi dan artis-artis televisi, yang semuanya tampak begitu cantik, sempurna dan indah.

Dari penggalan paragraph pertama inilah saya mengungkapkan pernyataan saya; Ada kebersamaan dan suka-cita dalam budaya menonton tv.

Paragraf Tengah (argumentasi)

Dalam paragraf berikutnya, saya membahas perubahan teknologi, alasan dan perasaan kepemilikan tv disetiap rumah dan menggambarkan perubahan suasana yang terjadi di masyarakat.

Argumentasi kunci dari esai ini saya letakkan pada paragraf keenam:
Kehidupan sepertinya bergerak terbalik. Ketika tv hanya memiliki dua warna, hitam dan putih, ia memiliki penonton yang begitu banyak dan meriah. Namun ketika warna tv hadir lengkap dan tampak semakin indah, suasana menjadi sunyi tanpa gairah. TV sepertinya hanya sebuah pelarian untuk membunuh sepi, menemani kesendirian, menghilangkan kejenuhan, karena tidak ada teman bicara.

Paragraf Akhir (simpulan)

Menuju ke simpulan atas pandangan saya pada ‘Budaya Menonton TV’, saya melakukan komparasi akhir pada paragraf ketujuh, dengan memperbandingkan nilai, dari suasana menonton jaman dulu dengan sekarang, yang tidak bisa dibayar dengan uang.

Dalam paragraf akhir, saya melempar simpulan bahwa uang dan ego menjadi pembatas, sehingga kita tidak lagi bisa menikmati suasana menonton yang sarat akan kebersamaan dan suka-cita kolektif.

Ruang Belajar Bersama: Tutorial Menulis

Baiklah para pembaca yang budiman, demikianlah cara menulis esai versi saya. Lain kali saya akan membahas proses kreatif ketika saya menulis esai untuk topik lain, misalnya mengenai ulasan sebuah buku, sebuah pertunjukan dan sebagainya. Pada dasarnya saya ingin berbagi mengenai sesuatu berdasarkan pada sebuah studi kasus, yang mungkin bisa dibilang bedah proses kreatif. Jika berkenan mari bergabung di group WA Belajar Menulis Esai bersama mipmap.id.

Bagi yang sedang menulis cerpen silahkan cek tulisan saya ini, Cara Menulis Cerita Pendek Dalam Beberapa Langkah Sederhana.

Jika sudah ada tulisan yang selesai, langkah berikutnya adalah publikasi, bisa melalui blog pribadi atau memilih media online yang menyediakan ruang seperti mipmap.id; kamu bisa lihat bagaimana mengirimkan tulisan ke mipmap melalui laman menjadi penulis.

Menulis surat adalah cara belajar menulis yang sangat bagus, karena menulis surat cinta yang begitu emosional; melibatkan hati, pikiran dan getaran-getaran fisik. Siapa di antara kalian yang mengalami menulis surat cinta? Menulis surat, menulis dengan tangan bukan mengetik, kemudian dibungkus dalam amplop dan dikirimkan melalui pos atau dititipkan pada seseorang. Kalau kalian mengalami, kiranya kalian adalah anak 70an atau 80an, atau apa mungkin anak 90an masih ada yang bersurat-suratan?

Surat cinta, pernyataan cinta, sebuah karya tulis yang biasanya berisi ungkapan perasaan si penulis kepada pembacanya, sang pujaan hati. Surat itu isinya hanya aku dan kamu, dunia milik berdua sedangkan yang lain hanya numpang lewat. Kadang sialnya, orang lain yang tidak dianggap dalam surat itu malah lebih ingin tau isinya dan kadang melakukan sensor illegal, bahkan kadang mengganti isi surat sebelum sampai di tujuan.

Selain surat cinta, biasanya anak kos belajar menulis surat pada Ibunya, atau sebaliknya,  yang biasanya diakhiri dengan proposal anggaran belanja anak kos bulan berikutnya. Sedangkan surat dari orang tua kepada anak kos, umumnya lebih panjang lebar berisi petuah dan peringatan untuk tidak keluyuran dan jangan pacaran melulu. Anak kos biasanya baru membaca surat untuknya sebagai referensi saat menulis proposal anggaran bulan berikutnya. Kualat, makanya ketemunya mie instan mulu.

Kalau mau belajar menulis, kenapa saya bahas surat menyurat? Karena dalam tipe surat menyurat ini yang paling mudah menemukan contoh dari pokok bahasan artikel ini, yaitu sudut pandang bercerita. Marilah saya ceritakan tiga sudut pandang tokoh dalam bercerita.

Tiga Sudut Pandang Dalam Belajar Menulis

Sudut Pandang Orang Pertama

Karakter utama dalam cerita akan menggunakan kata ganti orang pertama; saya, kita, aku, dan sebutan lain yang menyesuaikan seting tempat, kebiasaan atau asal-usul si tokoh. Bercerita menggunakan perspektif orang pertama mampu mengantarkan kedalaman cerita dari karakter dan nuansa keintiman. Pembaca akan digiring merasakan perasaan Aku, si tokoh yang memposisikan pembaca menjadi teman curhat, teman ngobrol.

“Namaku Ayuniah, terlahir di sebuah desa di tepaian sungai Ayung. Aku selalu bermimpi bisa terbang dan sejak kecil kupikir aku adalah malaikat, padahal bukan. Aku hanya peri yang berumah di lubang pohon besar itu.”

Paragraf di atas adalah contoh penceritaan yang mengambil sudut pandang orang pertama. Ayuniah sedang bercerita pada pendengarnya, pembacanya. Ini seperti kamu menceritakan kejadian yang baru saja menimpamu kepada temanmu. “Aku tadi ketemu cowok, guanteng bingitz. Dadaku sontak bergegup kencang seperti genderang mau perang.”

Sudut Pandang Orang Kedua

Untuk bercerita menggunakan sudut pandang orang kedua, penulis akan menggunakan kata ganti Kamu, Anda atau Kalian. Penggunaan sudut pandang orang kedua dalam cerita, akan membuat pembaca merasa ini adalah cerita tentang diri mereka. Pembaca melakukan setiap aksi yang terjadi dalam ceita tersebut.

“Namamu Ayuniah, terlahir di sebuah desa di tepaian sungai Ayung. Kamu selalu bermimpi bisa terbang dan sejak kecil kamu pikir kamu adalah malaikat, padahal bukan. Kamu hanya peri yang berumah di lubang pohon besar itu.”

Kalau kita kembali pada bahasan tentang surat, sudut pandang orang kedu sering digunakan saat mengungkapkan sanjungan atau nasehat. “Kamu adalah rembulan yang bersinar menyibak kegelapan.” Atau, “Nak, kamu adalah harapan keluarga, jagalah sikap di rantau, belajar yang giat untuk mencapai cita-citamu. Masa depanmu ada di tanganmu. Kamulah yang menentukan pilihan, mau jadi apa nantinya. Kamu yang memutuskan nasibmu sendiri.”

Sudut Pandang Orang Ketiga

Tipe bercerita dengan sudut pandang orang ketiga merupakan pilihan yang paling banyak kita temukan dalam cerpan atau novel, dimana tokoh utama menggunakan kata ganti; mereka, dia, orang itu, lelaki itu, atau nama orang. Ceritanya pasti menceritakan orang lain. Lihat saja mulai dari epos Mahabarata, Ramayana atau karya besar seperti Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer. Kejadian yang diceritakan adalah tengang orang lain, bukan sang pencerita atau si pembaca, tetapi tokoh-tokoh yang berbeda diluar mereka berdua.

“Namanya Ayuniah, terlahir di sebuah desa di tepaian sungai Ayung. Dia selalu bermimpi bisa terbang dan sejak kecil dia pikir dirinya adalah malaikat, padahal bukan. Dia hanya peri yang berumah di lubang pohon besar itu.”

Apakah Sudut Pandang Adalah Pilihan?

Ya, sudut pandang adalah pilihan. Ketika Chairil Anwar menulis puisi berjudul Aku, tentu memiliki alasan kuat selain bahwa puisi cenderung personal dan intim. Sudut pandang orang pertama dan orang ketiga merupakan pilihan yang paling banyak digunakan. Saya sendiri belum pernah mencoba menulis cerita fiksi dengan sudut pandang orang kedua secara penuh. Tapi patut dicoba.

Penggunaan sudut pandang tokoh dapat menjadi sebuah eksperimen yang menarik. Saya mencobanya dalam cerpen berjudul Kawan Tiba (Suatu) Senja. Yang merekam sebuah obrolan dua orang yang saling bercerita satu sama lain. Ada kalanya saya sebagai pencerita menggunakan sudut pandang orang ketiga, di saat lain tokoh dalam cerita akan bercerita dengan sudut pandang orang kedua atau juga sudut pandang orang pertama.

Saya rasa pilihan apapun yang kita ambil dalam bercerita, tentunya perpegang pada emosi apa yang ingin kita teruskan pada pembaca. Ketika kita memiliki ide cerita dan memahami dengan baik kedalaman cerita tersebut, secara alamiah kita akan menemukan sudut pandang penceritaan yang tepat. Cerita dengan sudut pandang orang pertama ada dalam cerpen saya berjudul Maaf Untuk May dan beberapa esai ringan seperti Cerita Tentang Rumah, Sumur dan Mata Air.

Untuk contoh cerita dengan sudut pandang orang ketiga, saya rasa sangat mudah untuk ditemukan. Kalau mau membaca cerpen saya, silahkan simak cerpen Kaki Wari. Untuk cerita dengan sudut pandang orang kedua, saya belum menemukan referensinya, kalau kalian punya contoh, mohon kiranya bersedia bagi di komentar. Mari belajar menulis.